Penganan khas yang satu ini mulai jarang kita temui di jalan-jalan, padahal kenikmatannya sering kita rindukan.
MESKI penjual es poteng kini sudah jarang ditemui di Makassar
karena tergeser kian banyaknya penganan sejenis yang lebih modern
semisal es krim, tetapi keberadaannya masih bisa ditelusuri di
daerah-daerah luar sebelah utara Kota Makassar seperti Kabupaten
Takalar.
Lazimnya dulu, penjual es poteng ini mobil atau
tidak berdiam di satu tempat. Dia terus bergerak menyisir jalan mencari
pembeli, menggunakan sepeda atau motor dengan membonceng sebuah boks
kayu berisi bahan-bahan es poteng yakni balok es berikut botol sirup dan
susu kaleng. Juga ada ember berisi tapai singkong yang difermentasi
sendiri selama dua hari, bahan utama es yang membuat penganan ini
berbeda dengan minuman pelepas dahaga lainnya.
Manisnya sirup
merek DHT, juga produk khas dari Makassar, kemudian lembutnya susu,
sedikit sepat dari tapai singkong dipadukan dengan serutan es, membuat
es poteng ini cukup nikmat, mengusir kering di tenggorokan saat panas
terik.
Beberapa tahun silam, harga es poteng ini hanya
Rp250 semangkuk, kini harganya Rp 5000 semangkuk. Kenaikan harga ini
tentu seiring dengan kenaikan harga bahan bakunya seperti susu, sirup,
singkong berikut bahan untuk membuat tapai singkong dan juga balok es.
Harga bahan bakar minyak juga tentu ikut memengaruhi harga es poteng
semangkuknya jika penjualnya menggunakan sepeda motor agar bisa lebih
jauh menjangkau pembeli.
Daeng Jafar (35), warga Desa Bentang,
Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, adalah salah seorang
penjual es poteng yang sempat ditemui saat tengah melayani pembelinya di
dermaga Pelabuhan Desa Boddia, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten
Takalar beberapa waktu lalu.
Suami dari Rostia dan ayah tiga
anak ini mengatakan sengaja mendatangi pelabuhan di Desa Boddi kala hari
Minggu karena pada akhir pekan pelabuhan ini selalu ramai didatangi
pemancing ikan. Tiap hari minggu, pemancing ikan di Pelabuhan Boddia ini
mencapai puluhan orang, baik mereka yang memang bertujuan mencari ikan
atau juga yang sekadar menyalurkan hobi memancing.
Selain
warga dari desa setempat, pemancing ikan ini juga datang dari desa
lain, bahkan ada juga dari kota lain seperti Kota Makassar. Kedatangan
puluhan pemancing ikan ini tentunya jika cuaca cerah dan di saat-saat
matahari mulai meninggilah, es poteng ini dicari.
"Dalam
sehari kalau cuaca bagus, saya jualan es poteng menghabiskan lima
botol sirup, setengah balok es batu, tapai singkong satu ember kapasitas
15 liter dan satu kaleng susu serta dua liter bensin," tutur Daeng
Jafar.
Kata Daeng Jafar, yang juga berprofesi sebagai penjual
sayur mayur yang biasanya disumplai ke Kota Makassar, menjual es
poteng adalah pekerja sela jika belum masuk musim panen sayur.
"Bukan hanya saya yang jual es poteng, beberapa keluarga saya juga
berprofesi sebagai penjual es poteng," kata Daeng Fajar.
Herawati (23) warga Makassar yang ditemui di Pelabuhan Boddia saat asyik
menikmati pemandangan aksi puluhan pemancing ikan menyatakan baru
pertama kali menikmati es poteng.
"Ternyata enak. Lumayan
hilangkan haus karena panas terik begini. Saya pikir tadi tidak akan
menghabiskan semangkuk es poteng ini karena baru pertama kali mencoba
tapi ternyata semua habis, mangkuknya bersih," tutur Herawati sembari
tertawa. Wah, baru tahu dia!